Sukses

Tes Papillomavirus Alternatif Pengganti Pap Smear

Sebuah rekomendasi menyarankan penggunaan tes DNA untuk papillomavirus (HPV) sebagai pengganti pap smear merupakan cara utama bagi perempuan mengetahui adanya kanker serviks

Liputan6.com, New York: Sebuah rekomendasi menyarankan penggunaan tes DNA untuk papillomavirus (HPV) sebagai pengganti pap smear merupakan cara utama bagi perempuan mengetahui adanya kanker serviks. Tes Papillomavirus pada manusia dapat mencegah lebih banyak kasus kanker serviks daripada Pap Smear konvensional, demikian rilis HealthDay News baru-baru ini.

Tes HPV harus menjadi alat skrining pilihan untuk wanita, 35 tahun dan yang lebih tua, kata para peneliti. Tes HPV bisa dilakukan lebih sering daripada Pap Smear. Pap smear, pertama kali diperkenalkan sejak tahun 1950-an,  berfungsi mencari perubahan pada serviks yang dapat menyebabkan kanker serviks. Tes HPV bekerja satu langkah lebih jauh ke belakang dalam proses, mencari untuk melihat apakah wanita terinfeksi HPV.

HPV menyebabkan kanker serviks, yang menjadi masalah kesehatan serius bagi wanita. Tes DNA HPV, meskipun, masih memiliki kekurangan, yakni tes ini kurang spesifik daripada Pap smear, sehingga mengakibatkan banyak perempuan kembali menjalani tes lebih lanjut.

Hasil yang diperoleh dari penggunaan HPV sebagai alat skrinning primer adalah sekitar 25-30 persen, ujar Dr Mark Einstein, seorang ginekologi onkologi dan direktur dari penelitian klinis di Montefiore Medical Center, New York City. Sebaliknya, Pap smear masih memiliki tingkat pemeriksaan kembali sekitar 5 sampai 7 persen, katanya. Penelitian dilakukan pada 94.370 wanita dengan usia 25-60 tahun.

Selama fase pertama penelitian, wanita 35-60 yang dites positif HPV diberi pemeriksaan leher, yang disebut kolposkopi. Perempuan yang lebih muda punya kolposkopi jika Pap smear tidak normal atau jika hasil HPVnya positif beberapa kali, menandakan bahwa tubuh mereka tidak mampu membersihkan infeksi. Skrining untuk DNA HPV tampak lebih efektif dalam wanita yang lebih tua, tetapi pengujian pada wanita yang lebih muda menyebabkan over-diagnosis jenis tertentu dari lesi serviks.

Di Amerika Serikat, pedoman skrining kanker serviks tersebut berubah November silam, dan mengharuskan wanita mendapatkan skrining saat menginjak usia 21 tahun. Rekomendasi sebelumnya menjelaskan bahwa memulai Pap Smear tiga tahun setelah secara aktif melakukan hubungan seksual atau menginjak umur 21, tergantung mana yang lebih dulu terjadi.(AYB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini