Sukses

Bocah Autis Dikurung dalam Jeruji

Bocah perempuan pengidap autis pasif dikurung dalam kamar berjeruji besi di rumahnya di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Ia sering mengamuk dan merusak perabotan rumah.

Liputan6.com, Sukabumi: Ratu Bilqis Nurhadi Ningrat, bocah perempuan pengidap autis pasif, dikurung dalam kamar berjeruji besi di rumahnya di Jalan Gotong Royong, Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (1/5). Anak keempat dari pasangan purnawirawan TNI AD berpangkat kapten berinisial Nu dan Nining Kusmiani itu sering mengamuk dan merusak perabotan rumah.

Hampir setiap hari, Ratu hanya bisa menangis dan melukai dirinya sendiri atau ibunya, apabila keinginannya tidak bisa dipenuhi. "Saya membuat teralis besi di dalam kamarnya agar Ratu tidak kabur keluar rumah. Saya tidak mau Ratu mengamuk di luar rumah yang bisa merusak perabotan milik orang lain," kata Nining.

Ratu mulai terlihat menderita autis pasif saat mengijnjak usia dua tahun. Awalnya, Nining menduga anaknya sakit karena tertimpa asbak besar yang jatuh tepat di kepalanya. Akhirnya, Nining dan suaminya membawa Ratu pergi ke dokter.

"Dokter mengatakan Ratu menderita autis pasif dan hanya bisa disembuhkan dengan terapi dan pengobatan yang teratur," ujar Nining.

Semenjak diketahui Ratu menderita autis, ayahnya langsung pergi meninggalkan Ratu. Diduga, ia juga membawa kabur uang istrinya sebesar Rp 250 juta. "Hingga kini, saya tidak tahu keberadaannya," katanya.

Menurut Nining, Nu juga kerap bertindak kasar kepada Nining dan anak kedua dari suami sebelumnya, Salva Bintang. "Saya hanya minta pertanggungjawaban ayahnya, karena kasihan Ratu tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Saya sangat butuh dana untuk kesembuhan putri saya ini," jelasnya.

Nining sempat melaporkan masalah itu pada 2004 lalu. Namun, hingga kini kasusnya mengendap di Kejaksaan Negeri Sukabumi. "Padahal berkas pengaduan saya sudah P21 dan dilimpahkan ke Kejari Sukabumi. Tetapi kenapa tidak disidangkan?" tanyanya.

Tim Psikiater dari RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi yang melakukan pemeriksaan terhadap Ratu mengatakan, Ratu menderita autis pasif. "Ratu tidak bisa berinteraktif langsung dengan orang di sekitarnya dan kelakuannya tidak seperti anak normal lainnya. Bahkan, terlihat hyper active yang bisa mencelakakan dirinya dan orang lain," kata Dede Mariana, anggota tim.

Dede  berharap Ratu bisa mendapatkan terapi agar hidupnya bisa kembali normal. Penderita autis seperti itu, katanya, harus mendapatkan perhatian ekstra dari orang di sekelilingnya, terutama orangtua.(ANT/SHA)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.