Sukses

Ilmuan Temukan Gen Penyebab Migrain

Jutaan penderita migrain memiliki harapan baru setelah para ilmuwan menemukan gen penyabab penyakit ini. Penemuan ini menemukan bahwa sakit kepala dapat ditularkan dari orang tua kepada anak.

Liputan6.com, London: Jutaan penderita migrain memiliki harapan baru setelah para ilmuwan menemukan gen penyabab penyakit ini. Penemuan ini menemukan bahwa sakit kepala dapat ditularkan dari orang tua kepada anak. Peneliti dari Medical Research Council Fungsional Genomics Unit di Universitas Oxford menemukan gen tersebut dinamakan TRESK. Ketika gen ini bermutasi, dapat lebih mudah memicu pusat nyeri otak dan menyebabkan sakit kepala yang parah, demikian laporan para peneliti dalam jurnal Nature Genetics, Senin (27/9).

Sekitar satu dari empat wanita dan satu dari dua belas pria mengalami migrain. Umumnya penderita migrain adalah mereka yang mengkonsumsi alkohol, makanan seperti coklat, anggur merah dan kafein serta stres. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan migrain sebagai penyebab utama kecacatan di seluruh dunia dan gangguan saraf yang banyak terjadi di Eropa. Dr Zameel Cader  mengatakan: "Kami  telah mengetahui mengapa orang menderita migrain dan bagaimana migrain ditularkan dari orangtua ke anak."

Studi sebelumnya telah mengidentifikasi bagian dari DNA manusia yang merupakan pemicu migrain, tapi belum menemukan gen yang dapat secara langsung menyebabkan terjadinya migrain. Dalam satu dari enam kasus, gejala migrain meliputi mata berkunang-kunang, dan kesulitan fokus untuk dalam melihat sesuatu. Penderita migrain juga mengalami nyeri pada kepala, sensitif terhadap cahaya terang dan suara, sering mual dan keinginan yang kuat untuk berbaring di ruangan gelap. serangan berat dapat berlangsung selama berhari-hari.

Penyebab migrain masih misteri, walaupun beberapa penelitian telah menghubungkan dengan perubahan hormonal. Beberapa peneliti berpendapat bahwa penurunan tekanan udara mengurangi jumlah oksigen dalam darah. Kadar oksigen yang lebih rendah dapat menyebabkan pembuluh darah di otak membesar, memicu rasa sakit terus-menerus. Peneliti lainnya berspekulasi bahwa penurunan tekanan udara mempengaruhi fluida yang melindungi otak di dalam tengkorak, hal ini menyebabkan meningkatnya tekanan pada jaringan otak.(Dailymail/AYB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini