Sukses

Terapi Oksigen Bantu Penderita COPD

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Menzies Research Institute di Tasmania menemukan bahwa terapi oksigen dapat menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh gangguan paru--paru kronis (COPD). Terapi Oksigen tersebut dapat membantu menekan angka kematian akibat COPD sampai dengan 78 persen.

Liputan6.com, Tasmania: Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Menzies Research Institute di Tasmania menemukan bahwa terapi oksigen dapat menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh gangguan paru--paru kronis (COPD). Terapi Oksigen tersebut dapat membantu menekan angka kematian akibat COPD sampai dengan 78 persen.

Kegagalan pernafasan akibat keterlambatan penanganan adalah penyebab utama kematian dari kasus COPD. Penderita COPD yang tidak langsung ditangani akan menderita kegagalan pernafasan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan-jaringan paru-paru yang bekerja terlalu keras akibat paksaan dari sang pemilik yang berusaha untuk mendapatkan oksigen. Menurut para peneliti, Bantuan oksigen yang dilanjutkan dengan terapi oksigen secara berkala akan sangat membantu para penderita COPD.

Dalam penelitian ini, para peneliti ini juga menemukan bahwa penerapan terapi oksigen terkontrol bekerja lebih baik pada penderita COPD jika dibandingkan dengan terapi oksigen berkonsentrasi tinggi. Pengunaan terapi oksigen berkonsentrasi tinggi memungkinkan kenaikan kandungan karbon dioksida dalam darah yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem pernafasan.

"Pemberian bantuan oksigen telah terbukti dapat mengatasi kegagalan pernafasan pada penderita COPD namun perlu diingat bahwa bantuan oksigen ini juga memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan kembali," kata Wood-Baker, Associate Professor Menzies Research Institute, Ahad(31/10).   

Diketahui dari beberapa sumber, COPD yang telah menyerang lebih dari 200 juta orang di dunia dan menjadi pembunuh ke 4 terbesar di Australia adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut.(medindia/AYB)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.