Sukses

Geser Budaya <i>Nyirih</i>, Petani Wanita Pilih Rokok

Mayoritas wanita di Kabupaten Kerinci khususnya yang berprofesi sebagai petani diketahui merupakan perokok aktif layaknya para lelaki perokok. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung, yakni sekitar 60 persen.

Liputan6.com, Jambi: Mayoritas wanita di Kabupaten Kerinci khususnya yang berprofesi sebagai petani diketahui merupakan perokok aktif layaknya para lelaki perokok. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung, yakni mencapai 60 persen.

"Memang cukup aneh, hampir 60 persen wanita petani adalah perokok aktif yang ketergantungannya pada rokok sudah sangat luar biasa," kata Kepala Bidang Penanganan dan Pecegahan Penyakit Berbahaya pada Dinas Kesehatan Kerinci, Dasyawarsa, Senin (20/6).

Data tersebut, katanya, adalah fakta yang terjadi di tengah masyarakat Kerinci yang telah berlangsung hingga saat ini, kebiasaan tersebut diperkirakan sudah berlangsung sejak pertama masyarakat Kerinci mengenal rokok.

Meskipun tidak pernah melakukan pendataan khusus terhadap jumlah wanita perokok di Kerinci, secara kasat mata untuk membuktikan hal tersebut bisa langsung didapati dengan mudah di tengah kehidupan masyarakat, khususnya di desa-desa.

Sementara itu, pemerhati masalah sosial dari Universitas Jambi Muktarimin mengatakan, kebiasaan merokok yang terjadi pada wanita petani Kerinci adalah sebuah kebiasaan yang sudah membudaya dan sulit diberantas.

Mereka merokok awalnya mungkin karena melihat kebiasaan para lelaki di kampungnya atau melihat suaminya, selain itu pengaruh alam lingkungan juga ada, katanya.

Ia menilai Kerinci sebagai daerah berhawa sejuk atau dingin terutama di daerah pegunungan yang merupakan areal perladangan masyarakat sedikit banyak mempengaruhi minat mereka pada rokok yang dianggap bisa membantu menghangatkan badan khususnya bagian dalam.

Meskipun masyarakat sangat menyadari tingkat bahaya merokok, bagi para wanita petani yang sudah kecanduan itu tetap tidak berniat menghentikan kebiasaan negatif itu.

Dra Daryani, salah seorang tokoh wanita di Desa Kumun Hilir mengatakan, kebiasaan para perempuan perokok di Kerinci juga telah berdampak negatif terhadap tradisi menyirih dan menyugi yang sejak dulu menjadi ciri wanita dewasa Kerinci.

"Tradisi menyirih dan menyugi telah punah tergantikan oleh kebiasaan merokok, karena rokok dinilai lebih efisien dan lebih praktis dibandingkan sirih yang juga dinilai tidak menarik untuk pergaulan karena membuat mulut kotor," katanya.

Sedangkan dr Alpiandri, Kepala Puskesmas Desa Lempur menyatakan 60 persen wanita di desa tersebut adalah perokok, hal tersebut juga berdampak pada tingginya angka wanita yang terkena penyakit infeksi saluran peranapasan atas.

Karena kebiasaan buruk tersebut sudah menjadi dilakukan secara massal oleh masyarakat, untuk mengubahnya perlu adanya program penyuluhan terpadu dan simultan yang dilakukan oleh berbagai instansi terkait termasuk para psikiater dan lembaga terkait.(ANT/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.