Sukses

Olah Raga Bentuk Percaya Diri

Penelitian yang melibatkan 1.552 orang—989 di antaranya adalah orang dengan obesitas—ditemukan bahwa orang dengan obesitas menyakini olah raga dapat memperbaiki tampilan fisik. Pengidap obesitas sensitif mempersepsikan tekanan sosial di sekeliling mereka.

Liputan6.com, Jakarta: Tahukah Anda motivasi utama seseorang berolah raga? Peneliti George Washington University Medical Center pernah meneliti motivasi terbesar yang dimiliki seseorang dalam melakukan olah raga. Mereka mengamati kelompok obesitas dan normal menghadapi tantangan-tantangan ketika berolah raga serta pemicu untuk terus melakukan aktivitas fisik dengan teratur.

Kelompok obesitas dan normal diamati menggunakan Ajzen’s Theory of Planned Behavior. Teori ini mengamati perilaku seseorang melalui sesi tanya jawab. Setelah itu diamati, dampak tekanan sosial dalam memengaruhi perilaku mereka. Pada akhirnya, para peneliti akan menyimpulkan saat dua elemen tersebut memengaruhi kebiasaan seseorang dalam melakukan sesuatu.

Penelitian yang melibatkan 1.552 orang—989 di antaranya adalah orang dengan obesitas—ditemukan bahwa orang dengan obesitas menyakini olah raga dapat memperbaiki tampilan fisik. Inilah yang kemudian membuat mereka lebih termotivasti mengunjungi tempat-tempat olah raga dibanding orang yang berat badannya proporsional.

Persepsi olah raga membuat mereka akan tampil lebih menarik ada karena orang dengan obesitas merasa terbebani dengan berat badannya. Plus, banyak sarana sosial yang dibuat untuk orang-orang berukuran normal.

Menurut Wayne C. Miller dan Tood A. Miller, ketua penelitian yang mempublikasi hasil kerjanya dalam Journal of Nutrition Education and Behavior, mereka yang mengawali komitmen berolah raga dengan emosi negatif justru memiliki tingkat persepsi keberhasilan olah raga yang tinggi. Artinya, orang dengan obesitas yang lebih sakit hati dengan tekanan sosial yang dirasakan, lebih sering mengunjungi tempat-tempat olah raga untuk mencapai tujuan kesehatannya.

Tapi ada kendala lain yang dihadapi orang dengan obesitas ketika tengah bertekun menjalani program olah raga. Di antaranya merasa menjadi pusat perhatian di tempat latihan karena ukuran tubuhnya yang besar melahirkan persepsi dirinya butuh pertolongan luar biasa. Inilah yang kemudian sering mematahkan semangat mereka dan berhenti berolah raga.

Merujuk hasil itu, Miller dan Miller menyarankan tempat-tempat olah raga bisa memberikan kenyamanan secara emosional kepada pengidap obesitas. Maklum, seperti dibahas di atas tadi, pengidap obesitas lebih sensitif mempersepsikan tekanan-tekanan sosial yang ada di sekeliling mereka.

Jika kesadaran ini dimiliki pemilik tempat kebugaran, kedua peneliti itu percaya target untuk menekan angka obesitas bisa terjadi dengan cepat. Tidak hanya itu, ketika tempat fitnes bisa bebas dari prasangka sosial yang mendasarkan pada tampilan fisik, maka banyak orang terpacu untuk terus rutin berolah raga. Tujuannya hanya satu yaitu meningkatkan kualitas hidup.(Preventionindonesia/EPN)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini