Sukses

Awas! Botol Alumunium Juga Keluarkan BPA

Studi baru menunjukkan bahwa beberapa jenis botol minum aluminium mungkin lebih banyak mengeluarkan BPA daripada botol plastik bening dari polikarbonat.

Liputan6.com, Marietta: Botol air berbahan logam yang reusable akhir-akhir ini mendapat cap sebagai pilihan yang 'Go Green'. Botol tersebut juga sebagai pilihan yang lebih sehat dibandingkan beberapa jenis botol plastik yang dapat melepaskan sejumlah jejak bahan kimia ke dalam cairan yang ada di dalamnya yang dapat mengganggu hormon.

Namun studi baru menunjukkan bahwa beberapa jenis botol minum aluminium mungkin lebih banyak mengeluarkan Bisphenol A  (BPA) daripada botol plastik bening dari polikarbonat yang seharusnya diganti oleh botol aluminium, Kamis (14/7).

Pada penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Chemosphere, menunjukkan bahwa botol air aluminium belum tentu pilihan yang BPA-free. Studi ini menemukan bahwa lapisan epoksi di botol alumunium melepas banyak BPA.

Dalam tes yang dikendalikan dengan hati-hati, peneliti menyimpan air murni dalam beberapa jenis wadah selama lima hari, mereka menemukan bahwa beberapa botol aluminium melepaskan hingga lima kali lebih banyak BPA pada air yang dituangkan dibandingkan di botol polikarbonat.

"Jika Anda mengambil sebuah botol aluminium dari toko dengan diskon harga yang super murah, Anda tidak bisa meyakinkan apa yang ada di dalamnya," kata peneliti studi Scott M. Belcher, PhD, seorang profesor biofisika farmakologi di University of Cincinnati, di Ohio, kepada WebMD, "Terutama aluminium, karena mereka memang membutuhkan lapisan dari beberapa macam".

Terkadang lapisan yang disemprotkan terbuat dari resin epoksi yang mengandung BPA. "Mungkin saja alumunium di luarnya, tetapi jika itu plastik di bagian dalam atau epoksi, itu hal yang sama seperti botol polikarbonat," kata Sonya Lunder, seorang analis senior untuk Kelompok Kerja Nirlaba Lingkungan di Washington, DC.

Para ahli mengatakan bahwa lapisan epoksi biasanya terlihat berwarna tembaga dan mungkin terasa sedikit lekat saat disentuh, tetapi juga mungkin tidak terasa seperti apa pun kecuali logam biasa, sehingga sulit untuk tahu kapan itu ada.

"Untuk konsumen, ini adalah masalah rumit," kata Lunder. "Penelitian ini menunjukkan bahwa Anda tidak bisa hanya melihat apa yang di luar wadah, Anda perlu tahu beberapa spesifik tentang apa yang ada di dalamnya".

Satu hal yang orang dapat lakukan untuk mengurangi eksposur mereka, kata Lunder, adalah berhati-hati mengikuti petunjuk pabrik tentang cara menggunakan botol.

Kabar baiknya adalah beberapa perusahaan yang membuat botol air reusable telah mendengarkan kekhawatiran konsumen tentang BPA. Botol-botol yang pada kemasan tertulis "BPA-Free", sebagian besar sesuai janji mereka.

Namun para peneliti menunjukkan, "BPA-free" benar-benar tidak memiliki peraturan atau definisi. Konsumen percaya kepada perusahaan tentang klaim mereka.

Seperti diketahui Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang banyak digunakan dalam kemasan makanan. Meskipun penelitian ini masih berlangsung, BPA telah dikaitkan dengan berbagai macam efek, dari cacat lahir, masalah dengan otak dan fungsi sistem saraf, kelainan reproduksi, dan beberapa jenis kanker. Pada manusia, BPA telah terikat dengan masalah reproduksi pada wanita dan laki-laki. Sebuah studi 2008 oleh peneliti di CDC terdeteksi dalam urin 93% dari orang yang mereka diuji.

Studi lain baru-baru ini menunjukkan bahwa orang dapat menurunkan tingkat mereka BPA dengan makan yang segar, bukan yang dikemas-- dengan menghindari makanan berwadah plastik [baca: Cegah BPA dengan Stop Gunakan Plastik].(MEL)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.