Sukses

Tertawa Keras Buruk bagi Pasien Paru-paru

Benarkan tertawa merupakan obat terbaik? Mungkin kondisi itu tidak berlaku jika Anda penderita sakit paru-paru. Tertawa keras justru memicu penurunan tajam dalam fungsi paru-paru - setidaknya dalam jangka pendek.

Liputan6.com, Marietta: Benarkan tertawa merupakan obat terbaik? Mungkin kondisi itu tidak berlaku jika Anda penderita sakit paru-paru. Saat kegembiraan membuat kualitas hidup lebih baik bagi orang dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK), tertawa keras justru memicu penurunan tajam dalam fungsi paru-paru - setidaknya dalam jangka pendek.

Temuan ini merupakan penelitian dari Ohio State University, Kamis (4/8). Peneliti di sana menggunakan kuesioner untuk mengukur rasa humor dari 46 pasien PPOK, dan kemudian fungsi paru-paru mereka diuji sebelumnya dan sesegera mungkin setelah menonton video berdurasi 30 menit.

Apa yang mereka tonton? Video tentang perbaikan rumah atau komedi yang menampilkan Bill Cosby, Abbott, dan Costello, atau koleksi video lucu lainnya yang ada di rumah.

Tidak mengherankan, pasien yang menonton video lucu tertawa terbahak-bahak dibandingkan mereka yang menonton video instruksional yang hambar. Namun hasil yang mengejutkan dalam penelitian itu adalah pasien yang menonton video lucu memiliki lebih banyak udara yang terperangkap di paru-paru mereka setelahnya - yang menandakan fungsi paru-paru berkurang.

"PPOK ditandai oleh meningkatnya udara yang terperangkap, sehingga hipotesis kami adalah bahwa tertawa akan mengurangi sebagian dari udara yang terjebak," kata Kim Lebowitz Feingold dalam pernyataan tertulis

"Tapi temuan ini masuk akal. Dengan tertawa, orang juga memperkenalkan peningkatan jumlah udara ke paru-paru mereka dibandingkan dengan napas normal.. Pasien ini mengalami kesulitan mendapatkan udara keluar, sehingga mereka menghirup udara lebih dengan tawa, tetapi mereka tidak dapat menghembuskan udara dengan mudah".

PPOK mempengaruhi lebih dari 12 juta orang dan merupakan penyebab keempat kematian di AS. Apakah berkurangnya fungsi paru-paru sementara, atau langgeng? Feingold mengatakan tidak jelas.(CBS/MEL)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini