Sukses

Hati-hati Penyakit Kelamin "Rahasia"

Penyakit kelamin rentan menular pada pasangan yang saling merahasiakan sejarah seksual mereka. Penyakit ini akan makin meluas jika prilaku saling merahasiakan itu tetap dipertahankan.

Liputan6.com, London: Setiap orang memiliki rahasia yang sulit diungkapkan, bahkan untuk dibagi dengan pasangannya. Sah-sah saja tetap menyimpan privasi, namun dapat merugikan pasangan jika yang disembunyikan adalah penyakit kelamin. Kenyataannya, fakta semacam ini sudah banyak menjerat sejumlah pasangan.

Berdasarkan survei National Health Service di London, Inggris, seperti dilansir femalefirst.com, sebanyak 24 persen responden yang berusia di bawah 25 tahun tidak mengakui jika mereka mengidap penyakit menular seksual Chlamydia. Sebanyak 47 persen anak muda di antaranya mengaku tidak memberitahu pasangannya karena malu. Sementara itu, 64 persen responden tidak pernah menanyakan sejarah seksual pasangannya.

Di banding wanita, laki-laki lebih sulit berkata jujur pada pasangannya. Sebanyak 21 persen pria tidak mau mengaku dengan siapa saja mereka pernah tidur, sementara 21 persen tidak yakin berpotensi mengidap, dan 29 persen tidak akan memberitahu bahwa mereka berisiko membawa penyakit kelamin.

Indikasi yang kerap muncul dari pengidap Chlamydia Trachomatis berupa peradangan di lipatan paha bagian dalam, demam, dan menggigil. Pada pria, terdapat luka tidak nyeri di lipatan antara kepala penis. Sementara bagi wanita, akan mengalami luka di bagian vagina bagian dalam serta leher rahim. Umumnya orang awam menyangka gejala ini sebagai luka biasa. Apabila tidak disembuhkan, penyakit akibat bakteri ini akan terus kambuh.

Menurut Chris Morgan, petugas penyuluhan NHS, Chlamydia menular jika pasangan melakukan hubungan seks tanpa pengaman. Termasuk di dalamnya oral seks. Penyakit ini akan semakin meluas dan sulit diatasi ketika pasangan tidak mengaku jika memang membawa Chlamydia. "Bila tidak tahu tertular, lakukan saja tes," ujar Morgan memberi solusi. Seseorang yang merasa menderita Chlamydia cukup menguji urine di laboratorium.(LUC)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini